PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD

Belajar merupakan sebuah kewajiban dan hak yang harus diterima oleh siswa di tingkat Sekolah Dasar sesuai dengan kebijakan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut Nana Sudjana dalam (Faizah, 2017), belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat pengalaman dan latihan. Sedangkan, menurut Sardiman, belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, dan mengikuti arah. Dari kedua pendapat ahli tersebut, dapat diketahui bahwa belajar adalah sebuah kegiatan yang melatih bidang kognitif, psikomotor, dan afektif dalam mendapatkan sebuah pengalaman untuk menghasilkan adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik pada diri seseorang.

Belajar memiliki keterkaitan dengan pembelajaran. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Winataputra dalam sebuah modul mengatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Maka, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah kegiatan dalam pemerolehan pengalaman melalui latihan sehingga terjadinya perubahan tingkah laku yang lebih baik. Sedangkan, pembelajaran adalah sebuah sistem untuk menjalankan sebuah kegiatan belajar yang menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Pembelajaran saat ini merujuk pada Kurikulum 2013, di mana pada jenjang Sekolah Dasar terdapat 8 mata pelajaran yang dirancang dalam pembelajaran tematik-terpadu (integrated-thematic). Pembelajaran di jenjang SD terdiri dari kompetensi inti dan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dari masing-masing mata pelajaran. Delapan mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar serta alokasi waktu perminggu menurut Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yaitu sebagai berikut.

Mata Pelajaran

Alokasi Waktu Per Minggu

I

II

III

IV

V

VI

Kelompok A

1.

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

4

4

4

4

4

4

2.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

5

5

6

5

5

5

3.

Bahasa Indonesia

8

9

10

7

7

7

4.

Matematika

5

6

6

6

6

6

5.

Ilmu Pengetahuan Alam

-

-

-

3

3

3

6.

Ilmu Pengetahuan Sosial

-

-

-

3

3

3

Kelompok B

1.

Seni Budaya dan Prakarya

4

4

4

4

4

4

2.

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

4

4

4

4

4

4

Jumlah Alokasi Waktu Perminggu

30

32

34

36

35

35

 Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki alokasi waktu terbanyak dari kelas I – VI yaitu dengan total 48 jam pembelajaran per minggu. Maka, adanya mata pelajaran Bahasa Indonesia di jenjang Sekolah Dasar ini sangat penting dan menunjang mata pelajaran lain dalam menjalankan model pembelajaran terpadu yang diterapkan di Kurikulum 2013. 

Sebagai warga Indonesia, tentu kita harus mempelajari Bahasa Indonesia. Tapi, tahukah kamu ada 4 keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dipelajari? 


Empat keterampilan berbahasa ini juga harus dikuasai oleh anak sekolah dasar dalam menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Empat keterampilan berbahasa tersebut yaitu keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara. 


1. Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan kegiatan mengungkapkan kata-kata atau mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa lisan. Untuk memperoleh kemampuan berbicara, ada 4 faktor yang berperan menurut Mackey, yaitu (1) kesiapan belajar, (2) kesiapan berpikir, (3) kesempatan mempraktikkan, (4) motivasi, (5) bimbingan. Jika salah-satu faktor ini tidak dikuasai anak, kemungkinan akan terjadi kelambatan dalam belajar dan kualitas berbicaranya akan menurun.

2. Keterampilan Menyimak

Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan melalui bahasa lisan dengan tujuan untuk memperoleh informasi. Anak-anak mulai belajar menyimak pada masa kecil, saat mendengarkan cerita dongeng yang dibacakan ibunya. Keterampilan menyimak yang sudah dimiliki anak ini perlu ditingkatkan dengan latihan. Latihan itu menurut Mackey mencakup (a) memusatkan perhatian anak terhadap apa yang disimak seperti kejelasan artikulasi pada waktu mendengarkan perintah, kejelasan maksud, urutan kata dalam kalimat yang padu yang mengandung ide pokok, (b) meminta anak untuk menjawab dengan betul dan tepat hasil memahami apa yang disimak. Tentu, dengan latihan-latihan tersebut keterampilan berbahasa anak dalam menyimak dapat semakin terasah.

3. Keterampilan Membaca

Membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Dalam keterampilan membaca, anak perlu mengenal huruf, sehingga mereka dapat menghubungkannya menjadi suatu kata yang memiliki makna. Keterampilan membaca anak dapat ditingkatkan dengan mengajak anak ke perpustakaan atau toko buku, sehingga mereka dapat membaca banyak jenis buku.

4. Keterampilan Menulis

Keterampilan yang ditekankan dalam pembahasan kali ini adalah keterampilan menulis. Menulis sendiri memiliki arti kegiatan menuangkan atau mengekspresikan secara tertulis mengenai gagasan, ide, pikiran, atau perasaan penulisnya. Keterampilan menulis tidak diperoleh anak sejak lahir, melainkan perlu latihan melalui kegiatan pembelajaran. Menulis dapat dilakukan di kertas menggunakan alat bantu seperti pena atau pensil.


Dalam mengembangkan keterampilan menulis siswa sekolah dasar, guru memiliki peran penting dalam menyusun perangkat pembelajaran. Salah satunya dengan membuat media pembelajaran yang menarik, sehingga anak dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Media pembelajaran sendiri pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan media komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi. Jika kita bandingkan menggunakan media pembelajaran, maka media pendidikan sifatnya lebih umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu sendiri. Sedangkan media pembelajaran sifatnya lebih spesifik, maksudnya media pendidikan yang secara spesifik dipakai untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang sudah dirumuskan secara spesifik. Tidak seluruh media pendidikan merupakan media pembelajaran, namun setiap media pembelajaran niscaya termasuk media pendidikan.

Pada mulanya media pembelajaran hanya dipercaya menjadi indera buat membantu pembelajar pada aktivitas mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar berikutnya yang dipakai merupakan alat bantu visual misalnya gambar, model, grafis atau benda konkret lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkret, sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan daya serap dan daya ingat pebelajar dalam proses belajar (David,Bern,1991).

        Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran merupakan kata sumber belajar. Bagaimana kaitan antara media belajar dengan sumber belajar? sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas daripada media belajar. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar/lingkungan. Apa yang dinamakan media sebenarnya merupakan bahan dan alat belajar tersebut. Bahan sering disebut perangkat lunak software, sedangkan alat pula disebut sebagai perangkat keras hardware. Transparansi, program kaset audio dan program video merupakan beberapa contoh bahan belajar.

        Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari "medium" yg secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yg dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer pada bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sebagai akibatnya media yang dipakai pada pembelajaran dianggap media pembelajaran. Banyak pakar yang menaruh batasan mengenai media pembelajaran. AECT misalnya, mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dipakai orang untuk menyalurkan pesan. Gagne mengartikan media menjadi jenis komponen pada lingkungan pebelajar yg dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada dengan itu, Briggs mengartikan media menjadi alat untuk menaruh rangsangan bagi pembelajar agar terjadi proses belajar.

Bahan belajar tersebut hanya bisa disajikan jika ada alat, contohnya berupa OHP, Radio kaset & Video player. Jadi salah satu atau kombinasi perangkat lunak (bahan) dan perangkat keras (alat) bersama-sama dinamakan media. Dengan demikian, jelaslah bahwa media pembelajaran adalah bagian dari sumber belajar. Dengan demikian, kalau saat ini kita mendengar kata media, hendaknya kata tersebut diartikan pada pengertian yang terakhir, yaitu mencakup alat bantu pembelajaran dalam mengajar dan sarana pembawa pesan berdasarkan sumber belajar ke penerima pesan belajar ( pebelajar ). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu, bisa mewakili pembelajar menyajikan informasi belajar kepada pebelajar (Joyce Bruce. Et al. 2000).

Peran media yang semakin meningkat ini sering kali menimbulkan kekhawatiran bagi pembelajar. Namun sebenarnya hal itu tak perlu terjadi, sekiranya kita menyadari betapa masih banyak dan beratnya peran pembelajar yg lain. Seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara individual pada pebelajar, adalah tugas penting pembelajar yg terkadang kurang mendapat perhatian. Hal ini mungkin lantaran saat yg terdapat sudah tersita buat tugas menyajikan materi pelajaran. Kondisi semacam ini akan terus terjadi selama pembelajar masih menganggap bahwa dirinya adalah sumber belajar utama bagi pembelajar. Padahal, apabila pembelajar bisa memanfaatkan berbagai media belajar secara baik, maka pembelajar bisa berbagi peran dengan media tersebut. Percayakanlah sebagian peran kita pada media pembelajaran. Dengan begitu, peran pembelajar akan lebih menunjuk sebagai manajer pembelajaran. Tanggung jawab utama manajer pembelajaran ialah membangun kondisi sedemikian rupa supaya pembelajar bisa belajar. Proses kegiatan akan terjadi apabila pebelajar bisa berinteraksi dengan berbagai sumber belajar. Untuk itu pembelajar bisa lebih banyak menggunakan waktunya untuk menjalankan fungsinya sebagai penasehat, pembimbing, motivator serta fasilitator pada kegiatan belajar (Nasution. S. 2005).

Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran dikelompokkan menjadi empat, yaitu: indera penyerap, keaslian, dimensi, dan pendisplai.

1. Indera penyerap

Berdasarkan indera penyerap media dikelompokkan menjadi empat, yaitu media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia. Media audio merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dengan mengarahkan kepada indera pendengar, seperti radio, kaset, program di laboratorium bahasa dan lain sebagainya. Media ini biasanya digunakan untuk melatih siswa menyimak dan membedakan bunyi-bunyi bahasa. Media visual adalah media yang digunakan untuk menyampaikan informasi dengan mengarahkan kepada indera penglihatan.

Media ini bisa berupa gambar, grafik, bagan, peragaan dan media-media sejenisnya yang termasuk penerimaannya melalui indera penglihat. Adapun media audio visual merupakan media yang cara penerimaannya  mengarah pada indera pendengar dan penglihat. Media ini beroperasi memadukan antara media audio dan visual. Media ini mencakup siaran TV, pentas drama, rekaman VCD dan lain sebagainya. Jenis terakhir dari indera penyerap adalah multimedia. Jenis ini merupakan pengembangan dari media audio visual, karena melibatkan banyak unsur, seperti: suara, gerak, dan ukuran. Akan tetapi media ini cenderung kepada media yang berbasis komputer, elektronik, dan digital.

2. Keasliannya

Dilihat  dari  segi  keasliannya,  media  pembelajaran  dibedakan  menjadi dua  kelompok yaitu:  tiruan  dan  asli. Media  tiruan  maksudnya  media  yang dicontohkan  dengan  model,  boneka,  dan  sebagainya.  Sedangkan media  asli dicontohkan  dengan  benda-benda  yang  ada  di  lingkungan  sekitar  seperti  di kelas, sekolah, dan sebagainya.

3. Ciri Fisik

Berdasarkan  ciri  fisiknya  media  terbagi  menjadi  empat,  yaitu: media dua dimensi,  tiga  dimensi,  pandang  diam,  dan  pandang  gerak. Media  dua dimensi adalah media yang hanya bisa dipandang dari satu arah saja, dengan dimensi panjang dan lebar. Media ini seperti foto, tabel, kartu, peta, dan lain-lain. Adapun media tiga dimensi adalah media pandang yang bisa dilihat dari berbagai  arah, seperti:  model/benda  tiruan,  bola,  globe,  dan  benda-benda sesungguhnya  lainnya.Sedangkan  media  pandang  diam  adalah  media  yang menampilkan gambar diam dengan menggunakan alat proyeksi, seperti: foto, tulisan,  dan gambar  yang  ditampilkan  menggunakan  layar. Jenis  terakhir adalah   media   pandang   gerak,   yaitu   media   yang   menampilkan   gambar bergerak  di  layar  dengan  bantuan  alat  proyeksi.  Contoh  dari  jenis  ini  adalah siaran TV, sinetron, film, dan lain sebagainya.

4. Pendisplai

Dari  segi  pendisplay media  pembelajaran terbagi  menjadi  dua, yaitu: berproyektor dan tanpa proyektor. 


Pentingnya Penggunaan Media Pembelajaran Bagi Siswa Jenjang Sekolah Dasar

1. Siswa di Sekolah Dasar Masih Berpikir Konkrit

Sebuah  hasil penelitian  Encyclopedia  of  Educational  Reseach    mengatakan bahwa pembelajaran dengan media dapat memberi nilai/manfaat antara lain : mengurangi  verbalisme,  menarik  perhatian  dan  minat  siswa,  mendorong  siswa untuk bertanya,  materi yang dipelajari siswa dapat lebih menetap dan tidak mudah dilupakan. Selain itu, menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri bagi siswa karena mendapat pengalaman  yang nyata dalam belajar, juga menjadi salah satu alasan perlunya diterapkan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di ruang kelas. Penggunaan media  dalam  proses  pembelajaran  juga  dapat  menimbulkan  pikiran  yang  teratur  dan kontinyu, serta dapat membantu tumbuhnya pengertian dan perkembangan kemampuan berbahasa  (Usman,  1995  :  31).  Sejalan  dengan  itu  Sudjana  (1995)  mengatakan  bahwa, ‘’penggunaan media pembelajaran dapat memberikan pengalaman  nyata dan meletakkan  dasar perkembangan siswa sehingga hasil belajar siswa bertambah mantap’’.

2. Didaktis-Psikologis 

Secara didaktis-psikologis penggunaan media dalam setiap proses pembelajaran sangatlah dibutuhkan, sebab dengan media konsep-konsep serta nilai-nilai yang bersifat abstrak  dapat  disederhanakan  dalam  bentuk  visualisasi  sehingga  dapat  dipahami  oleh siswa.  Selain  itu  penggunaan  media  dapat  melibatkan  seluruh  pribadi  siswa,  baik  fisik maupun  psikis,  serta  efektif  terhadap  segala  tipe  belajar,  lebih-lebih  bagi  siswa  yang memiliki tipe belajar campuran. Hal ini sejalan dengan Hamalik (1980:23) yang mengatakan  bahwa  :  ‘’dalam  rangka mengefektifkan  pembelajaran  perlu  diupayakan penggunaan  alat-alat  komunikasi  non-verbal  sebagai  penyalur  informasi  yang  dapat mempermudah pemahaman siswa dalam belajarnya. Secara didaktis psikologis media pembelajaran sangat membantu perkembangan psikologis  anak  dalam  hal  belajar.    Dikatakan  demikian  sebab  secara  psikologis  alat bantu  mengajar  berupa  media  pembelajaran  sangat  memudahkan  siswa  dalam  hal belajar karena media dapat membuat hal-hal yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit  (nyata).  Hal  ini  sejalan  dengan  yang  dikatakan  Rusyan  (1993)  yakni  pada prinsipnya media itu dipakai dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi yang lebih efektif dan efisien.

3. Pengalaman Bermakna  yang Diterima Siswa

Dalam perspektif Empirismenya John Locke sebagaimana dikutif Ahmadi, (1991)  bahwa  perkembangan  anak  sangat  dipengaruhi  oleh  lingkungan,  bahkan  dalam pandangannya ini John Locke mengatakan bahwa manusia terlahir bagaikan kertas putih bersih  yang  belum  ditulisi  dengan  pengalaman  apa-apa  (tabula rasa). Berangkat  dari pandangan  tersebut,  maka  dalam  proses  pembentukan kepribadian anak-anak  banyak faktor yang  dapat mempengaruhinya.


Demikian  halnya  dengan  keberhasilan  sebuah proses pembelajaran di ruang kelas, sangat dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satunya adalah efektifitas lingkungan atau pengalaman yang diterima siswa. Agar pembelajaran dapat  mencapai  hasil  yang  efektif,  maka  guru  dituntut  memiliki  kesanggupan  dan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai  pengajar dan pendidik yang profesional. Terkait  dengan  hal  itu,  guru  selain  harus  mampu  memilih  materi  yang cocok  dengan  perkembangan  siswa,  juga  dituntut  kemampuan  dalam  menyampaikan informasi/materi  pelajaran  kepada  siswa  secara  metodis  sehingga  mereka  mendapat pengalaman yang kondusif bagi proses belajarnya. 

4. Menentukan Media Pembelajaran 

Penggunaan alat bantu visual dalam proses pembelajaran sejalan dengan pandangan Dwyer (1967) salah seorang tokoh aliran realisme yang menegaskan bahwa  belajar  yang  sempurna  hanya  dapat  tercapai  jika  menggunakan  bahan-bahan  visual  yang  mendekati  realitas.  Hal  ini  sejalan  pula  dengan  pandangan Milar,  dkk.,  (1957)  yang  mengatakan  bahwa  makin  banyak  sifat  bahan  visual yang  menyerupai  realitas,  maka  semakin  mudah  pula  terjadinya  proses  belajar pada diri siswa.

Pada praktiknya penggunaan media visual, lebih banyak digunakan pada anak-anak yang berusia 7-13 tahun atau pada anak-anak sekolah dasar, dibandingkan pada anak-anak sekolah menengah ke atas, sebab anak-anak pada usia  ini  belum  mampu  berpikir  abstrak  sehingga  materi  yang  diajarkan  perlu divisualisasikan dalam bentuk yang nyata. Dengan cara seperti itu, dapat membantu  anak-anak  dalam  proses  internalisasi  berbagai  pengetahuan  yang diajarkan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Namun, satu hal yang perlu diperhatikan guru dalam  menentukan media yang  akan  digunakan  adalah  sifat-sifat  media  itu  sendiri.  Secara  umum  bahan audiovisual mempunyai lima sifat yaitu :

1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi;

2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian;

3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer/pengalihan belajar;

4. Kemampuan untuk memberi penguatan (reinforcement);

5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).


Merancang Media Pembelajaran

Cara merancang media yang efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran selain tergantung pada kemampuan guru,  di sini juga dapat dikemukakan beberapa cara yang  efektif  untuk  merancang  media  pembelajaran  yang  baik.  Antara  lain, 

1. media harus  dirancang  sesederhana  mungkin  sehingga  jelas  dan  mudah  dipahami  oleh  siswa;

2. media hendaknya dirancang sesuai dengan pokok bahasan  yang  akan  diajarkan; 

3. media  hendaknya  dirancang  tidak  terlalu  menjelimet  dan  tidak  membuat  anak-anak menjadi bingung;

4. media hendaknya dirancang dengan bahan-bahan  yang sederhana dan  mudah  didapat,  tetapi  tidak  mengurangi  makna  dan  fungsi  media  itu  sendiri; 

5. media  dapat  dirancang  dalam  bentuk  model,  gambar,  bagan  terstruktur,  dan  lain-lain, tetapi  dengan  bahan  yang  murah  dan  mudah  didapat  sehingga  tidak  menyulitkan  guru dalam merancang media dimaksud.


Komik Sebagai Media Pembelajaran dalam Bentuk Storyboard

Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk  menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk  pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar (dalam hal ini  komik pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik (Ary Nur Wahyuningsih, 2011: 103). Menurut penelitian terdahulu, media berupa gambar lebih menarik perhatian siswa. Dengan media gambar baik itu berupa komik atau gambar siswa mendapatkan hasil menulis karangan lebih baik. Hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa dengan media gambar maupun komik. 

Pada era digital materi pembelajaran tersaji pada layar-layar alat canggih yang didukung oleh berbagai media pembelajaran. Salah satu tahap prosedur yang dilakukan oleh pengembang media pembelajaran yakni menggunakan storyboard. Oleh karena itu, media pembuatan komik dapat dalam bentuk storyboard agar siswa dapat secara mudah menangkap materi pembelajaran.

Langkah langkah membuat komik melalui storyboard (storyboardthat.com)
1. Membuka laman storyboardthat.com di chrome, maka akan muncul gambar seperti berikut

https://lh6.googleusercontent.com/zFh0l29-eqAa57QdW7CIVmrnR6IT5GVaHU2Dzx6466FHNvgMsPE4fNA4ZAieA9rt2kXhhjlVe-g4uEjF5heN1MvXKvCneXj4kQ6VLfeJSYTKNUZ7tfI1n4xRVIgdvTVn0TRRXIrd
 
2. Kemudian klik log in 
 
https://lh5.googleusercontent.com/b2RcbUDbxXNp5WXib2EYjXJSHaaLRYA8BgB-HHigY_JJ0nnox6oruTx_G8hAsGGrJJuANWLDGz_kQfTcQj7s_Ll7lnjyYE5lepRl9viXyQEWsonaPN7yeyruOviSRj-Q8DAmwuef

3. Setelah masuk pada storyboard, klik “Create a Storyboard”

https://lh5.googleusercontent.com/OrwwqObN2RghyPN6LQR8pRLvU6OzFCoGPZlRNwQHNKs9GxLlZk_vXihcuUbFUUVpHJgDHt3wGN7bWo3kaYHv561B0e22ncQ-BoE9rNjtwzB5D7KMneLMtIq7XGy-tIboKE6raghn

4. Maka akan disediakan 3 kotak, setelah itu klik “Add/delete cell”. Pilih cell yang diinginkan

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16.jpeg
 
5. Kemudian klik “Scene” untuk memilih setting tempat yang dibutuhkan

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (1).jpeg

6. Silahkan pilih setting tempat yang diiinginkan, kemudian di drag pada salah satu cell seperti pada gambar berikut

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (3).jpeg

7. Setelah memilih tempat, kemudian mengklik “Characters” untuk memilih orang yang diingkan

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (6).jpeg
 
8. Setelah mendapatkan characters yang diinginkan maka setelah itu mengklik “textables” untuk membuat percakapan dan pilih textables yang diinginkan.

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (7).jpeg

9. Kemudian klik untuk mengedit tulisan

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (8).jpeg

10. Isi textable dengan tulisan yang dibutuhkan

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (9).jpeg

11. Setelah itu isi cell cell lain dengan hal serupa

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (10).jpeg

12. Setelah selesai membuat komik klik “save” untuk menyimpan.

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (11).jpeg

13. Beri judul untuk menyimpannya, kemudian klik “save storyboard”

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (12).jpeg

Maka tampilannya akan seperti berikut

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (14).jpeg

14. Setelah selesai bisa klik “download” agar file tersimpan di laptop

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (15).jpeg

15. Maka akan muncul seperti ini, dapat mengklik “High-res image”

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (16).jpeg

16. Setelah itu file akan terdownload

E:\Tugas Kuliah Semester 3\Tekpen\WhatsApp Image 2021-11-06 at 20.59.16 (18).jpeg













SUMBER REFERENSI

Wijaya, Julius Anino (2021) Pengembangan komik cerita anak sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis dan membaca kelas V. Skripsi thesis, Sanata Dharma University.
Hastuti, Sri, Kemampuan Berbahasa Indonesia Murid Sekolah Dasar Kelas VI Kotamadya Yogyakarta, 1985 <http://repositori.kemdikbud.go.id/3016/1/Kemampuan berbahasa indonesia murid sekolah dasar kelas vi kotamadya yogyakarta.pdf>
Faizah, S. N. (2017). Hakikat Belajar dan Pembelajaran. At-Thullab: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(2), 35–43.
Winataputra, Udin S. Hakikat Belajar dan Pembelajaran. Modul 1 Perpustakaan UT. Diakses melalui https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MKDK4004-M1.pdf
Permendikbud Nomor  67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Falahuddin, I. (2014). Pemanfaatan media dalam pembelajaran. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1(4), 104-117.
Saleh, S., Darwis, M., & Arhas, H. (2021). Pelatihan Pembuatan Dan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Elektronik dan Non-Elektronik. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 5(1), 73-80.
Suda, I. K. (2016). Pentingnya Media dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa di Sekolah Dasar. Universitas Hindu Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMANFAATAN PHET COLORADO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA PADA TOPIK USAHA DAN ENERGI

Penerapan Strategi Pembelajaran Project Based Learning pada Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19