PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD
Belajar merupakan sebuah kewajiban dan hak yang harus diterima oleh siswa di tingkat Sekolah Dasar sesuai dengan kebijakan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut Nana Sudjana dalam (Faizah, 2017), belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat pengalaman dan latihan. Sedangkan, menurut Sardiman, belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, dan mengikuti arah. Dari kedua pendapat ahli tersebut, dapat diketahui bahwa belajar adalah sebuah kegiatan yang melatih bidang kognitif, psikomotor, dan afektif dalam mendapatkan sebuah pengalaman untuk menghasilkan adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik pada diri seseorang.
Belajar memiliki keterkaitan dengan pembelajaran. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Winataputra dalam sebuah modul mengatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Maka, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah kegiatan dalam pemerolehan pengalaman melalui latihan sehingga terjadinya perubahan tingkah laku yang lebih baik. Sedangkan, pembelajaran adalah sebuah sistem untuk menjalankan sebuah kegiatan belajar yang menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran saat ini merujuk pada Kurikulum 2013, di mana pada jenjang Sekolah Dasar terdapat 8 mata pelajaran yang dirancang dalam pembelajaran tematik-terpadu (integrated-thematic). Pembelajaran di jenjang SD terdiri dari kompetensi inti dan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dari masing-masing mata pelajaran. Delapan mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar serta alokasi waktu perminggu menurut Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yaitu sebagai berikut.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki alokasi waktu terbanyak dari kelas I – VI yaitu dengan total 48 jam pembelajaran per minggu. Maka, adanya mata pelajaran Bahasa Indonesia di jenjang Sekolah Dasar ini sangat penting dan menunjang mata pelajaran lain dalam menjalankan model pembelajaran terpadu yang diterapkan di Kurikulum 2013.
Sebagai warga Indonesia, tentu kita harus mempelajari Bahasa Indonesia. Tapi, tahukah kamu ada 4 keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dipelajari?
Empat keterampilan berbahasa ini juga harus dikuasai oleh anak sekolah dasar dalam menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Empat keterampilan berbahasa tersebut yaitu keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara.
1. Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan mengungkapkan kata-kata atau mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa lisan. Untuk memperoleh kemampuan berbicara, ada 4 faktor yang berperan menurut Mackey, yaitu (1) kesiapan belajar, (2) kesiapan berpikir, (3) kesempatan mempraktikkan, (4) motivasi, (5) bimbingan. Jika salah-satu faktor ini tidak dikuasai anak, kemungkinan akan terjadi kelambatan dalam belajar dan kualitas berbicaranya akan menurun.
2. Keterampilan Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan melalui bahasa lisan dengan tujuan untuk memperoleh informasi. Anak-anak mulai belajar menyimak pada masa kecil, saat mendengarkan cerita dongeng yang dibacakan ibunya. Keterampilan menyimak yang sudah dimiliki anak ini perlu ditingkatkan dengan latihan. Latihan itu menurut Mackey mencakup (a) memusatkan perhatian anak terhadap apa yang disimak seperti kejelasan artikulasi pada waktu mendengarkan perintah, kejelasan maksud, urutan kata dalam kalimat yang padu yang mengandung ide pokok, (b) meminta anak untuk menjawab dengan betul dan tepat hasil memahami apa yang disimak. Tentu, dengan latihan-latihan tersebut keterampilan berbahasa anak dalam menyimak dapat semakin terasah.
3. Keterampilan Membaca
Membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Dalam keterampilan membaca, anak perlu mengenal huruf, sehingga mereka dapat menghubungkannya menjadi suatu kata yang memiliki makna. Keterampilan membaca anak dapat ditingkatkan dengan mengajak anak ke perpustakaan atau toko buku, sehingga mereka dapat membaca banyak jenis buku.
4. Keterampilan Menulis
Keterampilan yang ditekankan dalam pembahasan kali ini adalah keterampilan menulis. Menulis sendiri memiliki arti kegiatan menuangkan atau mengekspresikan secara tertulis mengenai gagasan, ide, pikiran, atau perasaan penulisnya. Keterampilan menulis tidak diperoleh anak sejak lahir, melainkan perlu latihan melalui kegiatan pembelajaran. Menulis dapat dilakukan di kertas menggunakan alat bantu seperti pena atau pensil.
Dalam mengembangkan keterampilan menulis siswa sekolah dasar, guru memiliki peran penting dalam menyusun perangkat pembelajaran. Salah satunya dengan membuat media pembelajaran yang menarik, sehingga anak dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Media pembelajaran sendiri pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan media komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi. Jika kita bandingkan menggunakan media pembelajaran, maka media pendidikan sifatnya lebih umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu sendiri. Sedangkan media pembelajaran sifatnya lebih spesifik, maksudnya media pendidikan yang secara spesifik dipakai untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang sudah dirumuskan secara spesifik. Tidak seluruh media pendidikan merupakan media pembelajaran, namun setiap media pembelajaran niscaya termasuk media pendidikan.
Pada mulanya media pembelajaran hanya dipercaya menjadi indera buat membantu pembelajar pada aktivitas mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar berikutnya yang dipakai merupakan alat bantu visual misalnya gambar, model, grafis atau benda konkret lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkret, sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan daya serap dan daya ingat pebelajar dalam proses belajar (David,Bern,1991).
Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran merupakan kata sumber belajar. Bagaimana kaitan antara media belajar dengan sumber belajar? sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas daripada media belajar. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar/lingkungan. Apa yang dinamakan media sebenarnya merupakan bahan dan alat belajar tersebut. Bahan sering disebut perangkat lunak software, sedangkan alat pula disebut sebagai perangkat keras hardware. Transparansi, program kaset audio dan program video merupakan beberapa contoh bahan belajar.
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari "medium" yg secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yg dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer pada bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sebagai akibatnya media yang dipakai pada pembelajaran dianggap media pembelajaran. Banyak pakar yang menaruh batasan mengenai media pembelajaran. AECT misalnya, mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dipakai orang untuk menyalurkan pesan. Gagne mengartikan media menjadi jenis komponen pada lingkungan pebelajar yg dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada dengan itu, Briggs mengartikan media menjadi alat untuk menaruh rangsangan bagi pembelajar agar terjadi proses belajar.
Bahan belajar tersebut hanya bisa disajikan jika ada alat, contohnya berupa OHP, Radio kaset & Video player. Jadi salah satu atau kombinasi perangkat lunak (bahan) dan perangkat keras (alat) bersama-sama dinamakan media. Dengan demikian, jelaslah bahwa media pembelajaran adalah bagian dari sumber belajar. Dengan demikian, kalau saat ini kita mendengar kata media, hendaknya kata tersebut diartikan pada pengertian yang terakhir, yaitu mencakup alat bantu pembelajaran dalam mengajar dan sarana pembawa pesan berdasarkan sumber belajar ke penerima pesan belajar ( pebelajar ). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu, bisa mewakili pembelajar menyajikan informasi belajar kepada pebelajar (Joyce Bruce. Et al. 2000).
Peran media yang semakin meningkat ini sering kali menimbulkan kekhawatiran bagi pembelajar. Namun sebenarnya hal itu tak perlu terjadi, sekiranya kita menyadari betapa masih banyak dan beratnya peran pembelajar yg lain. Seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara individual pada pebelajar, adalah tugas penting pembelajar yg terkadang kurang mendapat perhatian. Hal ini mungkin lantaran saat yg terdapat sudah tersita buat tugas menyajikan materi pelajaran. Kondisi semacam ini akan terus terjadi selama pembelajar masih menganggap bahwa dirinya adalah sumber belajar utama bagi pembelajar. Padahal, apabila pembelajar bisa memanfaatkan berbagai media belajar secara baik, maka pembelajar bisa berbagi peran dengan media tersebut. Percayakanlah sebagian peran kita pada media pembelajaran. Dengan begitu, peran pembelajar akan lebih menunjuk sebagai manajer pembelajaran. Tanggung jawab utama manajer pembelajaran ialah membangun kondisi sedemikian rupa supaya pembelajar bisa belajar. Proses kegiatan akan terjadi apabila pebelajar bisa berinteraksi dengan berbagai sumber belajar. Untuk itu pembelajar bisa lebih banyak menggunakan waktunya untuk menjalankan fungsinya sebagai penasehat, pembimbing, motivator serta fasilitator pada kegiatan belajar (Nasution. S. 2005).
Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dikelompokkan menjadi empat, yaitu: indera penyerap, keaslian, dimensi, dan pendisplai.
1. Indera penyerap
Berdasarkan indera penyerap media dikelompokkan menjadi empat, yaitu media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia. Media audio merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dengan mengarahkan kepada indera pendengar, seperti radio, kaset, program di laboratorium bahasa dan lain sebagainya. Media ini biasanya digunakan untuk melatih siswa menyimak dan membedakan bunyi-bunyi bahasa. Media visual adalah media yang digunakan untuk menyampaikan informasi dengan mengarahkan kepada indera penglihatan.
Media ini bisa berupa gambar, grafik, bagan, peragaan dan media-media sejenisnya yang termasuk penerimaannya melalui indera penglihat. Adapun media audio visual merupakan media yang cara penerimaannya mengarah pada indera pendengar dan penglihat. Media ini beroperasi memadukan antara media audio dan visual. Media ini mencakup siaran TV, pentas drama, rekaman VCD dan lain sebagainya. Jenis terakhir dari indera penyerap adalah multimedia. Jenis ini merupakan pengembangan dari media audio visual, karena melibatkan banyak unsur, seperti: suara, gerak, dan ukuran. Akan tetapi media ini cenderung kepada media yang berbasis komputer, elektronik, dan digital.
2. Keasliannya
Dilihat dari segi keasliannya, media pembelajaran dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tiruan dan asli. Media tiruan maksudnya media yang dicontohkan dengan model, boneka, dan sebagainya. Sedangkan media asli dicontohkan dengan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar seperti di kelas, sekolah, dan sebagainya.
3. Ciri Fisik
Berdasarkan ciri fisiknya media terbagi menjadi empat, yaitu: media dua dimensi, tiga dimensi, pandang diam, dan pandang gerak. Media dua dimensi adalah media yang hanya bisa dipandang dari satu arah saja, dengan dimensi panjang dan lebar. Media ini seperti foto, tabel, kartu, peta, dan lain-lain. Adapun media tiga dimensi adalah media pandang yang bisa dilihat dari berbagai arah, seperti: model/benda tiruan, bola, globe, dan benda-benda sesungguhnya lainnya.Sedangkan media pandang diam adalah media yang menampilkan gambar diam dengan menggunakan alat proyeksi, seperti: foto, tulisan, dan gambar yang ditampilkan menggunakan layar. Jenis terakhir adalah media pandang gerak, yaitu media yang menampilkan gambar bergerak di layar dengan bantuan alat proyeksi. Contoh dari jenis ini adalah siaran TV, sinetron, film, dan lain sebagainya.
4. Pendisplai
Dari segi pendisplay media pembelajaran terbagi menjadi dua, yaitu: berproyektor dan tanpa proyektor.
Pentingnya Penggunaan Media Pembelajaran Bagi Siswa Jenjang Sekolah Dasar
1. Siswa di Sekolah Dasar Masih Berpikir Konkrit
Sebuah hasil penelitian Encyclopedia of Educational Reseach mengatakan bahwa pembelajaran dengan media dapat memberi nilai/manfaat antara lain : mengurangi verbalisme, menarik perhatian dan minat siswa, mendorong siswa untuk bertanya, materi yang dipelajari siswa dapat lebih menetap dan tidak mudah dilupakan. Selain itu, menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri bagi siswa karena mendapat pengalaman yang nyata dalam belajar, juga menjadi salah satu alasan perlunya diterapkan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di ruang kelas. Penggunaan media dalam proses pembelajaran juga dapat menimbulkan pikiran yang teratur dan kontinyu, serta dapat membantu tumbuhnya pengertian dan perkembangan kemampuan berbahasa (Usman, 1995 : 31). Sejalan dengan itu Sudjana (1995) mengatakan bahwa, ‘’penggunaan media pembelajaran dapat memberikan pengalaman nyata dan meletakkan dasar perkembangan siswa sehingga hasil belajar siswa bertambah mantap’’.
2. Didaktis-Psikologis
Secara didaktis-psikologis penggunaan media dalam setiap proses pembelajaran sangatlah dibutuhkan, sebab dengan media konsep-konsep serta nilai-nilai yang bersifat abstrak dapat disederhanakan dalam bentuk visualisasi sehingga dapat dipahami oleh siswa. Selain itu penggunaan media dapat melibatkan seluruh pribadi siswa, baik fisik maupun psikis, serta efektif terhadap segala tipe belajar, lebih-lebih bagi siswa yang memiliki tipe belajar campuran. Hal ini sejalan dengan Hamalik (1980:23) yang mengatakan bahwa : ‘’dalam rangka mengefektifkan pembelajaran perlu diupayakan penggunaan alat-alat komunikasi non-verbal sebagai penyalur informasi yang dapat mempermudah pemahaman siswa dalam belajarnya. Secara didaktis psikologis media pembelajaran sangat membantu perkembangan psikologis anak dalam hal belajar. Dikatakan demikian sebab secara psikologis alat bantu mengajar berupa media pembelajaran sangat memudahkan siswa dalam hal belajar karena media dapat membuat hal-hal yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit (nyata). Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Rusyan (1993) yakni pada prinsipnya media itu dipakai dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi yang lebih efektif dan efisien.
3. Pengalaman Bermakna yang Diterima Siswa
Dalam perspektif Empirismenya John Locke sebagaimana dikutif Ahmadi, (1991) bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan, bahkan dalam pandangannya ini John Locke mengatakan bahwa manusia terlahir bagaikan kertas putih bersih yang belum ditulisi dengan pengalaman apa-apa (tabula rasa). Berangkat dari pandangan tersebut, maka dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak banyak faktor yang dapat mempengaruhinya.
Demikian halnya dengan keberhasilan sebuah proses pembelajaran di ruang kelas, sangat dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satunya adalah efektifitas lingkungan atau pengalaman yang diterima siswa. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang efektif, maka guru dituntut memiliki kesanggupan dan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik yang profesional. Terkait dengan hal itu, guru selain harus mampu memilih materi yang cocok dengan perkembangan siswa, juga dituntut kemampuan dalam menyampaikan informasi/materi pelajaran kepada siswa secara metodis sehingga mereka mendapat pengalaman yang kondusif bagi proses belajarnya.
4. Menentukan Media Pembelajaran
Penggunaan alat bantu visual dalam proses pembelajaran sejalan dengan pandangan Dwyer (1967) salah seorang tokoh aliran realisme yang menegaskan bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan visual yang mendekati realitas. Hal ini sejalan pula dengan pandangan Milar, dkk., (1957) yang mengatakan bahwa makin banyak sifat bahan visual yang menyerupai realitas, maka semakin mudah pula terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Pada praktiknya penggunaan media visual, lebih banyak digunakan pada anak-anak yang berusia 7-13 tahun atau pada anak-anak sekolah dasar, dibandingkan pada anak-anak sekolah menengah ke atas, sebab anak-anak pada usia ini belum mampu berpikir abstrak sehingga materi yang diajarkan perlu divisualisasikan dalam bentuk yang nyata. Dengan cara seperti itu, dapat membantu anak-anak dalam proses internalisasi berbagai pengetahuan yang diajarkan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Namun, satu hal yang perlu diperhatikan guru dalam menentukan media yang akan digunakan adalah sifat-sifat media itu sendiri. Secara umum bahan audiovisual mempunyai lima sifat yaitu :
1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi;
2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian;
3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer/pengalihan belajar;
4. Kemampuan untuk memberi penguatan (reinforcement);
5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
Merancang Media Pembelajaran
Cara merancang media yang efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran selain tergantung pada kemampuan guru, di sini juga dapat dikemukakan beberapa cara yang efektif untuk merancang media pembelajaran yang baik. Antara lain,
1. media harus dirancang sesederhana mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami oleh siswa;
2. media hendaknya dirancang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan;
3. media hendaknya dirancang tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat anak-anak menjadi bingung;
4. media hendaknya dirancang dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak mengurangi makna dan fungsi media itu sendiri;
5. media dapat dirancang dalam bentuk model, gambar, bagan terstruktur, dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang murah dan mudah didapat sehingga tidak menyulitkan guru dalam merancang media dimaksud.
Komik Sebagai Media Pembelajaran dalam Bentuk Storyboard
Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik (Ary Nur Wahyuningsih, 2011: 103). Menurut penelitian terdahulu, media berupa gambar lebih menarik perhatian siswa. Dengan media gambar baik itu berupa komik atau gambar siswa mendapatkan hasil menulis karangan lebih baik. Hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa dengan media gambar maupun komik.
Pada era digital materi pembelajaran tersaji pada layar-layar alat canggih yang didukung oleh berbagai media pembelajaran. Salah satu tahap prosedur yang dilakukan oleh pengembang media pembelajaran yakni menggunakan storyboard. Oleh karena itu, media pembuatan komik dapat dalam bentuk storyboard agar siswa dapat secara mudah menangkap materi pembelajaran.
Komentar
Posting Komentar